Langsung ke konten utama

Mencari Wajah-MU atau Wajah-ku


Coba anda melakukan penyigian terhadap umat beragama saaat datang ke rumah ibadah.
Tanyakan “Apa tujuan anda ke tempat ini ?”, Saya haqrul yakin hampir 100% akan menjawab
dengan jawaban yang esensinya adalah untuk “beribadah”. Yaa jelas wong datang ke rumah ibadah yaa pastinya untuk ibadah. Klo mau belanja pastinya ke pasar dong, klo mau kongkow
pastinya di cafe dong masak di gereja Namun apa benar-benar demikian ?? saya kembali haqrul yakin yang mempunyai tujuan 100% untuk ibadah pasti nggak terlalu banyak. Artinya tidak murni, campuranya macem2: bisa mau ketemu teman, pengin belanja juga (soalnya di lingkungan gedung gereja juga ada yang jualan), pengin dengerin khotbah (lho kok ??), lha iya mendengarkan khotbah bisa tidak sinkron dengan ibadah, soalnya nggak beda dengan dengerin Mario Teguh, Tung Desem
Waringin, bahkan lawakan Sri Mulat. Makanya banyak anggota gereja yang milih-milih pembicara alias pengkhotbahnya. Bahkan saking ngefans-nya, kemana pendeta pergi khotbah umat tersebut terus mengikuti. Akhirnya umat tersebut menjadi anggota GKJJ alias Gereja Kristen Jalan- Jalan atau GKKI alias Gereja Kristen Kommuter Indonesia. Wharakadah!! Kalau lagi nggak bisa jalan-jalan yaa ke gereja sendiri atau gereja terdekat, kalau khotbah pendetanya biasa-biasa saja maka untuk mengisi
kebosanannya ya buka HP, chatting kek atau sekedar ngupdate facebooknya lah (bahkan ada satire dari seorang kawan bahwa “Allah telah mati, facebook lah pembunuhnya “) menyedihkan memang.  Adalagi fenomena lain pergi ke gereja untuk tampil, bisa menjadi pengisi kesaksian atau pujian. Klo nggak ada ‘pelayanan’ tersebut yaa ndak ke gereja. Orang seperti itu sedang mencari wajah-nya dan bukan mencari wajah-NYA. Jadi yaa itu tadi …. mau mencari wajah Allah atau wajah diri sendiri ditengah hiruk pikuknya kehidupan ?? terserah anda. Apa sebenarnya Ibadah itu ?? Penggunaan kata עָבַד `abad (aw-bad’) dalam PL ini mengandung makna bekerja, melayani dan menghambakan diri –> yaitu bekerja dan melayani dengan totalitas kepada siapa orang tersebut menghambakan diri. Demikian pula dengan kata λατρε’α latreia (lat-rei’-ah) dalam PB, kata ini tepat diterjmahkan dengan kata ‘memuja’. Seseorang yang memuja akan melakukan segala sesuatu tanpa reserve untuk seseorang yang dipujanya (hati-hati bagi pemuja artis apalagi setan he-he-he). Kata lain yang sering digunakan untuk ibadah dalam PB adalah προσκυ ε ω adalah suatu sikap sujud (bow down) atau bahkan maaf suatu sikap seperti anjing yang sedang menjilati tuannya. Nah kalau makna ibadah adalah suatu sikap yang menghasilkan tindakan demi semata-mata kesenangan s.s.o yang kepadanya kita beribadah, maka jika anda tampil jelek lantas minder, atau ketika keadaan tidak seperti yang kita inginkan maka kita ngambek maka pertanyaanya adalah: kita ini sedang beribadah kepada Tuhan atau kepada ego kita. Dengan perkataan lain “Mencari wajah-Mu atau mencari wajah- ku”. Jangan2 kita sama dengan Herodes: “Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, khabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia.” Pada hal ada kepentingan pribadinya. Selamat beribadah Abdullah (hamba2 Allah)

(Cah Bodho)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEBANGUNAN ROHANI YANG SEJATI

    Istilah KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani) sudah menjadi istilah yang begitu akrab ditelinga orang Kristen dari berbagai denominasi dan organisasi. Istilah ini muncul dan menjadi ciri khas dari gereja-gereja beraliran Pentakosta dan Kharismatik sejak tahun 70-an dan menjadi istilah yang akrab sekitar tahun 1990-an hingga kini. Karakteristik ibadah-ibadah dalam KKR meliputi khotbah yang ringan dan impresif, penyembuhan massal, pujian dan penyembahan, ibadah yang tidak terikat liturgi, pembahasan mengenai kuasa Yesus, pengusiran roh-roh jahat, pengurapan dengan minyak, kotbah perihal akhir zaman dan kekudusan, bahkan ajaran perihal Teologi Sukses atau Teologi Kemakmuran yang biasa disebut Teologi Anak Raja. Namun demikian apakah hakikat Kebangunan Rohani itu? Benarkah kebaktian-kebaktian KKR yang merebak sekitar tahun 1990-an hingga sekarang merupakan kebangunan rohani yang sejati? Sebelum kita membahas pertanyaan-pertanyaan tersebut, ki...

Mengikuti "Destiny" Tuhan

Shaloom... Saya mau bersaksi tentang pekerjaan saya sekarang ini. Profesi saya sekarang ini adalah seorang guru Bahasa Inggris dan saat ini saya mengajar di salah satu SMP Negeri di Jakarta Timur. Saya dulu sempat minder untuk jadi seorang guru karena banyak orang bilang menjadi guru tak bisa bikin kaya. Hehehe... Sejak lulus SMA saya ditempatkan Tuhan untuk kuliah di IKIP Jakarta (Sekarang UNJ) di jurusan Bahasa Inggris. Awalnya tidak percaya diri untuk kuliah disana. Pertama, Karena Saya tidak ingin menjadi seprang guru, dan kedua, saya tidak punya kemampuan berbahasa Inggris ya karena tidak percaya diri itu. Saya  bermalas-malasan untuk belajar dan lebih senang bergaul di luar kampus daripada belajar di kampus. Saya juga minder karena ternyata angkatan saya lebih banyak ceweknya daripada cowoknya (secara dari 50 orang di angkatan saya, yg cowok hanya 3 orang), dan teman-teman saya dalam satu kelas saya perhatikan lebih pintar bahasa Inggris. Saya merasa ingin keluar dari k...

Gereja dan Kehidupan Bergereja

Pernah  gak sih  kita beranggapan bahwa ibadah yang kita lakukan setiap hari minggu hanya merupakan suatu kegiatan yang boleh ada dan boleh tidak ada? Pernah  gak sih  ketika kita bangun pagi di hari Minggu, kita mengasihani diri dan memutuskan untuk melanjutkan tidur kita dengan alasan (lebih tepatnya: alibi)  ngantuk  karena semalam menghadiri acara  sweet seventeen party;  dan kalau mau lebih baik sedikit,  yah karena semalam belajar terlalu larut; atau alasan yang lebih "terkesan" rohani yaitu karena semalam kita membaca Alkitab dan saat teduh terlalu lama; atau ada pelayanan sampai larut sehingga kurang tidur (masih mending  sedikit  sih , tapi tetap salah!). Jika dibandingkan dengan hari-hari lain, kita sebaliknya dengan rajin bangun pagi untuk sekolah, kuliah, ataupun bekerja karena hal itu lebih penting daripada ke gereja. Lagipula hari Minggu merupakan hari peristirahatan dan kita harus menggunakan waktu tersebut dengan "sebaik-baiknya" untuk melampiaskan...