Langsung ke konten utama

Kesaksian Pdt.Yahya Mulyono (Gembala Jemaat GIA Kelapa Gading) "Setahun yang lalu"


Tanggal 30 Maret 2016 saya bersama istri Ariendah Yahya dan Ps.Tjatur Harisantosa bersama isterinya PsHestingara DA, berangkat ke RSCM Kencana untuk menjalani proses persiapan Transplantasi Ginjal. Saya bersyukur kepada Tuhan dan berterimakasih buat adik iparku Ps.Tjatur, yang bersedia mendonorkan ginjalnya buatku (aku bangga kepadamu).
Berikutnya, saya kisahkan perjalanan pra-transplantasi, yang diambil dari Buku BERJUANG UNTUK MENANG di bawah ini:

DIBENTUK TUHAN SEMAKIN INDAH

Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. (Roma 5:3-5)
Masalah yang terjadi berturut-turut dalam kehidupan bisa membuat seseorang mengalami kelemahan iman bahkan gugur imannya di tengah jalan. Dibutuhkan kekuatan iman sehingga seseorang memiliki ketekunan dan kesetiaan kepada Tuhan. Hidupnya melimpah dengan syukur dan terus berharap kepada Tuhan.

Saya mengalami proses yang cukup panjang ketika menderita sakit gagal ginjal kronis. Seperti tidak ada hentinya, terus-menerus dan silih berganti masalah berdatangan. Hanya karena kekuatan dari Tuhan, saya mampu bertahan dan tetap setia melekat kepada-Nya.


Setelah gagal memakai CAPD, maka untuk saya memutuskan untuk cuci darah dengan mesin (hemodialisis). Pada mulanya hemodialisis (HD) yang saya jalani berjalan dengan lancar dan tidak ada masalah. Satu bulan kemudian saya mulai merasakan ada gangguan-gangguan dalam menjalani cuci darah. Tiap kali menjalani cuci darah (HD) tensi saya semakin naik tiap jamnya, akibatnya kepala terasa sakit sekali. Karena itu saya tidak kuat jika HD lima jam, saya hanya bisa bertahan selama empat jam saja. Biasanya masuk jam ketiga tensi tiba-tiba naik cukup tinggi. Hal ini terjadi karena gagal ginjal yang saya alami disebabkan hipertensi. Sakit kepala karena tensi naik bisa kebawa terus sampai malam hari, sehingga saya sukar tidur karena tersiksa dengan sakit kepala.

Masuk bulan kedua dalam menjalani cuci darah mulai banyak gangguan yang dialami, misalnya hemoglobin makin turun, karena itu harus disuntik recormon dan diberi zat besi (venofer), agar hemoglobin tidak drop. Demikian juga dengan kondisi fisik semakin menurun. Tubuh terasa semakin lemah, sehingga untuk berjalan terasa sempoyongan atau terhuyung-huyung. Biasanya orang yang menjalani HD merasakan tubuhnya semakin segar dan bugar, tapi saya justru sebaliknya. Banyak kendala yang saya alami saat menjalani HD.

Bulan kedua atau Februari 2015 saya pingsan dua kali saat cuci darah. Satu jam setelah makan siang perut saya terasa mual dan kemudian muntah-muntah. Tak lama kemudian saya tiba-tiba pingsan dan tidak sadarkan diri. Pingsan yang pertama selama tiga menit, cukup membuat istri saya panik dan minta bantuan perawat yang menjaga. Sambil berteriak, istri saya memanggil-manggil saya dan berseru minta tolong kepada Tuhan Yesus. Dengan cekatan Bruder Alexius dan para suster perawat memberikan pertolongan sehingga saya menjadi sadar kembali. Tapi satu jam kemudian kembali saya merasa ingin muntah, dan tiba-tiba mata saya mendelik dan bola mata kelihatan berwarna putih. Saya pun tidak sadarkan diri selama kurang lebih tujuh menit. Ketika saya sadar saya melihat banyak orang dan perawat di sekitar saya. Saya bingung melihat istri saya menangis. Saya pun bertanya, apa yang sedang terjadi koq banyak orang di sekitar saya? Istri saya menceritakan, apa yang baru saja terjadi, dan hal tersebut cukup menegangkan dan mencemaskan dirinya, karena saya pingsan lebih lama dari pingsan yang pertama. Akhirnya mesin hemodialisis dimatikan dan saya harus menenangkan diri. Waktu saya tanya, mengapa ini bisa terjadi? Bruder Alex menjelaskan bahwa kemungkinan karena saya makan terlalu banyak sehingga oksigen mengumpul di rongga perut, dan oksigen tidak naik sampai ke otak. Akibatnya saya pingsan dan tidak sadarkan diri, atau kemungkinan tarikan dan putaran mesin hemodialisis agak tinggi sehingga saya tidak kuat.




UJIAN DAN KETEKUNAN

Di RS Gading Pluit saya hanya bertahan tiga bulan, walau sebenarnya tempat ini sangat ideal dan strategis, karena dekat dengan rumah saya di kompleks Kelapa Gading. Tapi karena biaya yang cukup tinggi untuk hemodialisis, yakni hampir satu juta rupiah (belum termasuk obat-obatan dan suntikan/injeksi untuk keperluan kesehatan tubuh, misal suntik Recormon untuk menjaga hemoglobin stabil dengan harga Rp 670.000 sekali suntik, dll). Saya menjalani cuci darah dua kali selama seminggu. Jadi satu bulan diperkirakan pengeluaran untuk hemodialisis dan obat-obat yang diperlukan hampir 10 juta. Hal tersebut tentu sangat memberatkan kami, sehingga kami memutuskan untuk mencari rumah sakit yang bisa hemodialisis dengan fasilitas BPJS.

Beberapa rumah sakit yang coba dihubungi untuk hemodialisis, ternyata sulit karena banyak rumah sakit yang sudah penuh pasiennya. Untuk mendaftar saya harus waiting list dan tidak bisa ditentukan waktunya. Saat kami tanyakan kepada suster kepala hemodialisis di rumah sakit tersebut, dijawab bahwa rumah sakit  adalah rumah kedua bagi pasien cuci darah. Saya bisa diterima di rumah sakit tersebut apabila ada salah satu pasien yang meninggal dunia atau pindah ke luar kota. Kami hampir putus asa untuk mencari rumah sakit yang memiliki fasilitas hemodialisis dengan BPJS.
Namun Tuhan tidak pernah terlambat menolong. Bapak Rusman yang tinggal di sunter memberitahu bahwa di daerah Sunter (yang masih masuk wilayah Jakarta Utara) ada rumah sakit yang masih bisa menerima pasien untuk cuci darah dengan menggunakan BPJS, yakni Rumah Sakit Royal Progress. Puji Tuhan, sehingga kami pun mengurus surat pengantar di Puskesmas Kelapa Gading untuk proses cuci darah di RS Royal Progress.

Selama satu tahun saya menjalani cuci darah di RS Royal Progress Sunter. Dari seminggu dua kali menjadi tiga kali, karena saya tidak kuat menjalani HD selama lima jam maka diturunkan menjadi empat jam tiap kali HD. Banyak penurunan secara fisik selama menjalani HD, hemoglobin sempat drop sampai 7.0 sehingga harus menjalani transfusi darah. Demikian juga dengan albumin ikut turun dan tensi sering tinggi, bahkan mencapai 220 / 180. Karena kondisi makin menurun, saya dianjurkan mengurangi minum, sehari hanya 1 liter. Juga tidak diijinkan makan buah (kecuali pepaya) dan juga sayuran berwarna hijau. Akibatnya saya susah buang air besar. Tiapkali BAB harus mengejan (bahasa Jawa "ngeden"), akibatnya saya terkena hernia dan harus menjalani operasi pada Januari 2016.
Kondisi fisik saya tidak semakin membaik, akibatnya susah tidur, sesak napas dan tiap hari menderita  sakit kepala.  Melihat kenyataan ini Majelis memberi alternatif lain untuk pemulihan kesehatan saya yakni melalui transplantasi ginjal (cangkok ginjal). Saya pun minta waktu untuk menggumuli di dalam doa. Ada dua hal yang membuat saya bergumul, yakni soal dana dan pendonor ginjal. Sebab untuk cangkok ginjal dibutuhkan dana sebesar 600 juta (biaya pemeriksaan dan operasi resipien dan pendonor).   Di samping itu tidak mudah untuk mendapatkan pendonor ginjal, apalagi saat itu sedang gencarnya pihak kepolisian menertibkan jual beli organ tubuh.



MUKJIZAT TUHAN NYATA

Saya se keluarga bersama Jemaat meminta belas kasihan Tuhan, agar Tuhan membuka jalan untuk pergumulan ini. Jemaat GIA KEGA bahkan mengadakan doa berantai agar proses penyembuhan dan mukjizat Tuhan dapat terjadi. Hampir enam bulan kami menggumuli dalam doa, dan ternyata Tuhan menyatakan kehendak-Nya dan mukjizat-Nya.

Mukjizat pertama, Tiba-tiba adik ipar saya, Ps. Tjatur Harisantosa (Gembala Jemaat CmcJemaat Bulusari Kediri) menawarkan diri untuk mendonorkan ginjalnya untuk saya. Sebagai seorang hamba Tuhan, Ps.Tjatur terbeban agar pekerjaan Tuhan tetap dikerjakan oleh kakak iparnya. Karena gerakan Roh Kudus, maka Ps.Tjatur rela mendonorkan ginjalnya. Saya bangga dan terharu waktu membaca BBM yang dikirimnya saat itu. Dan saya yakin Tuhan mulai membuka jalan untuk transplantasi ginjal.

Mukjizat kedua, persoalan dana untuk transplantasi ginjal. Karena saya harus menyiapkan biaya sebesar 600 juta, untuk biaya pra-transplan dan operasi transplan ginjal (pasien dan pendonor) di RSCM Kencana. Dari mana uang sebanyak itu? Saya sempat berpikir untuk menjual rumah di Kelapa Gading, yang merupakan sumbangan dari salah satu Jemaat GIA KEGA. Tapi beberapa rekan tidak mengijinkan keputusan itu saya lakukan.

Tuhan tiba-tiba menggerakkan hati Jemaat, yang memberi persembahan 200 juta untuk dana transplan ginjal. Selain itu Penatua dan Diaken (Majelis Jemaat) secara pribadi memberi donasi janji iman sebesar 238 juta. Saya meminta dengan sangat kepada Majelis agar tidak mengambil sepeser pun dari uang kas gereja. Di samping itu Tuhan juga menggerakkan hati Jemaat untuk memberi donasi. Dari mulut ke mulut, beberapa anak Tuhan dari gereja lain juga Tuhan gerakkan untuk memberi simpati dengan hartanya. Luar biasa, Tuhan adalah Jehovah Jireh, TUHAN menyediakan dan mencukupi segala kebutuhan kami. Dana yang kami butuhkan, 600 juta tercukupkan, bahkan berkelebihan.

Atas dasar peneguhan dua mukjizat tersebut saya pun berani mengambil keputusan untuk menjalani transplantasi ginjal.


TRANSPLANTASI GINJAL

Tanggal 4 April 2016 saya menjalani transplantasi ginjal di RS Cipto Mangunkusumo Kencana, Jakarta. Puji Tuhan, operasi berjalan dengan baik dan lancar, baik saya (Resipient) maupun Ps. Tjatur (Pendonor). Ps. Tjatur masuk lebih awal karena menjalani operasi pengambilan ginjalnya. Dan satu jam kemudian giliran saya menjalani operasi pencangkokan ginjal. Persiapan operasi sampai operasi berjalan sekitar 8 jam.

Setelah operasi saya dimasukkan di ruang isolasi, di mana semua barang dan ruangan kamar disterilisasi. Istri, keluarga dan Jemaat yang ingin bezoek hanya bisa melihat dari luar, dan tidak diijinkan masuk kamar. Selama di kamar isolasi saya juga tidak diijinkan membawa ponsel. Lima hari di ruang isolasi terasa seperti lima minggu. Jika mau kasi kabar sama istri, kami saling kirim surat lewat Suster jaga.

Namun saya bersyukur kepada Tuhan, karena tiap hari dari pagi sampai malam, Jemaat, tamu dan keluarga silih berganti membezoek saya. Orangtua saya dan sanak family saya dan istri saya dari luar kota juga membezoek. Juga rekan-rekan hamba Tuhan mengunjungi saya, walau hanya bisa melihat dari luar, tapi itu menjadi penghiburan bagiku. Bahkan tiap malam ada rombongan Jemaat yang menjaga saya di sebelah kamar, dengan tidur di sofa seadanya. Saya sangat terharu  melihat Saudara semua. Saya bangga dengan kalian semua...

Karena kondisi fisik saya bagus pasca operasi, maka tanggal 9 April 2016 saya sudah diijinkan pulang, pada hal waktu itu diperkirakan satu minggu berada di ruang isolasi.  Di rumah saya tinggal di kamar sendirian yang juga disterilkan lebih dahulu. Tidak boleh ditemani istri dan anak-anak selama tiga bulan. Harus mengenakan masker jika mau ketemu, agar tidak terkena bakteri dan virus. Sebab ada kesaksian dari teman, setelah transplan ginjal seorang ayah rindu bertemu dengan anaknya. Ternyata anaknya sedang sakit flu, ayahnya tertular dan kemudian meninggal dunia.




RATAPAN JADI TARIAN 

Tanggal 19 April 2016 tiba-tiba perut saya terasa sakit sekali karena selama satu minggu tidak bisa buang air besar dan buang gas (kentut). Dari sore rasa sakit itu muncul, dan terus semakin parah, dan saya pun muntah-muntah. Akhirnya saya dibawa ke RSCM lagi. Sesampai di sana, saya pun dianjurkan untuk rawat inap agar diobservasi lebih lanjut.

Selama sepuluh hari saya diopname di RSCM Kencana. Ternyata setelah di”kolonoskopi” ada pengerasan kotoran di usus saya, sehingga sisa sari makanan yang seharusnya dibuang tidak bisa. Beberapa dokter spesialis mencoba untuk mengatasi persoalan ini, hasilnya nihil. Dengan berbagai cara sudah dicoba, mulai dimasuki cairan lewat slang yang dipasang di hidung maupun cairan yang dimasukkan lewat dubur setiap hari pagi dan sore, juga tidak berhasil. Rasa sakit di perut saya semakin menjadi-jadi, sampai dalam doa saya berkata, “Tuhan saya tidak kuat lagi... Firman-Mu berkata bahwa Engkau tidak membiarkan kami dicobai melampaui kekuatan kami. Jika Tuhan mau ambil saya, saya pun siap..." Istri saya tidak tahan melihat penderitaan yang saya alami, dia pun menangis sambil memeluk saya.

Satu minggu tidak ada kemajuan yang berarti, bahkan salah satu dokter yang menangani sudah “angkat tangan”, kami pun hanya bisa berdoa dan berserah kepada Tuhan. Jalan satu-satunya untuk menolong saya harus dioperasi, untuk mengambil kotoran yang mengeras di usus. Itu berarti menjalani operasi besar dan usus harus dipotong. Tapi ini tidak mudah sebab saya sepuluh hari yang lalu habis operasi besar transplan ginjal.

Kami hanya bisa berserah kepada Tuhan. Jika kita “angkat tangan” (berserah) maka Tuhan akan “turun-tangan” (bertindak). Tanggal 26 April diagendakan untuk operasi, tapi karena ruang operasi penuh semua, maka diundur tanggal 29 April. Tuhan pun bertindak, Dia tidak ingin saya menjalani operasi lagi. Tanggal 25 April sore saya bisa buang air besar dan kentut  (tapi diare sehari 12 kali). Dan tiga hari berikutnya saya sudah bisa buang air besar dengan normal (tidak diare lagi). Dan saya pun diijinkan pulang. Puji Tuhan...

Apakah semua sudah beres dan lancar? Ternyata tidak, tanggal 3 – 13 Juni 2016 saya harus opname lagi di RSCM Kencana karena kreatinin mencapai 5,6 (normal 0,7 - 1,2). Tiap hari harus disuntik SoluMedrol secara bertahap dari 500mg, 250mg, 125mg dan 62,5mg. Mengapa kreatinin bisa naik cukup tinggi, pada hal setelah transplan kreatinin 0,6? Kata Dokter, tubuh saya terlalu kuat untuk menerima ginjal baru (sehingga mengalami rejeksi).

Satu tahun merupakan masa penyesuaian dari ginjal baru, karena ini termasuk organ asing yang “dititipkan” di tubuh saya. Tiap hari saya berdoa minta agar Tuhan memberkati ginjal baru tersebut agar dapat diterima dengan baik oleh tubuh saya. Puji Tuhan, setelah 10 hari dirawat di RSCM, kreatinin berangsur-angsur turun mencapai 1,4 dan saya diijinkan pulang.

Sekalipun kondisi saya dari hari ke hari semakin membaik, saya harus tetap menjaga pola kerja dan pola makan. Tidak boleh makan sembarangan, sebaiknya makanan yang dimasak sendiri. Juga tidak boleh kecapaian kalau melakukan aktifitas, agar ginjal baru dapat terjaga dengan baik dan tetap sehat. Saya juga diijinkan kembali melayani Tuhan empat bulan pasca transplan ginjal. Doakan, agar kondisi saya semakin membaik dan sehat, sehingga saya dapat melayani Tuhan kembali secara maksimal.

ULANG TAHUN KE-1 TRANSPLAN GINJAL

Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib; (Mazmur 9:2).

Tepat 1 tahun yang lalu 04.04.16. saya menjalani transplan ginjal dengan baik dan lancar. Demikian juga adik ipar saya Ps. Tjatur Harisantosa sebagai pendonor, juga menjalani operasi pengambilan ginjalnya juga baik dan lancar. PUJI TUHAN..

Selama 8 tahun berjuang dengan sakit gagal ginjal kronis. Hidup diwarnai dengan duka dan air mata, namun hanya oleh anugerah Tuhan maka semua mampu dilewati. Ratap akhirnya diubah menjadi tarian. Menabur dengan air mata maka menuai dengan sorak-sorai.

8 kali masuk keluar rumah sakit (opname)...
9 kali menjalani operasi...
2 kali pingsan...
15 bulan menjalani cuci darah...

Dengan kesempatan hidup yang Tuhan berikan, berarti hidupku harus bekerja memberi buah...

Salam Pemenang :
Pdt. Yahya Mulyono (GIA KeGa)

Komentar

Posting Komentar

Terimakasih Karena anda telah Mengirimkan Komentar, Tuhan Memberkati

Postingan populer dari blog ini

PERSEKUTUAN DENGAN TUHAN TIDAK SIA-SIA

-1 Korintus 15 : 58- Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan ! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia. Dalam ayat ini ada 3 Hal / Poin yang sangat penting yang dapat kita renungkan, Kita sebagai anak Tuhan, kita harus dapat menyelesaikan panggilan kita dal Yesus Kristus. 3 Hal tersebut adalah : 1. Berdirilah teguh Maksud dari berdirilah teguh dalam ayat ini adalah kita harus terus berjuang di dalam Tuhan sampai titik akhir dalam kehidupan kita di dunia ini. Mengapa kita harus berjuang? Karena Tuhan Yesus Kristus merupakan dasar yang teguh, apabila kita mengandalkan kekuatan sendiri kita tidak akan mampu menjalani hidup ini, karena itu andalkanlah Tuhan di dalam seluruh kehidupan kita, dengan mengandalkan Tuhan Yesus akan ada jalan keluar di dalam setiap persoalan kita, karena itu teruslah berjuang sampai mencapai Tujuan. Jangan g

KEBANGUNAN ROHANI YANG SEJATI

    Istilah KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani) sudah menjadi istilah yang begitu akrab ditelinga orang Kristen dari berbagai denominasi dan organisasi. Istilah ini muncul dan menjadi ciri khas dari gereja-gereja beraliran Pentakosta dan Kharismatik sejak tahun 70-an dan menjadi istilah yang akrab sekitar tahun 1990-an hingga kini. Karakteristik ibadah-ibadah dalam KKR meliputi khotbah yang ringan dan impresif, penyembuhan massal, pujian dan penyembahan, ibadah yang tidak terikat liturgi, pembahasan mengenai kuasa Yesus, pengusiran roh-roh jahat, pengurapan dengan minyak, kotbah perihal akhir zaman dan kekudusan, bahkan ajaran perihal Teologi Sukses atau Teologi Kemakmuran yang biasa disebut Teologi Anak Raja. Namun demikian apakah hakikat Kebangunan Rohani itu? Benarkah kebaktian-kebaktian KKR yang merebak sekitar tahun 1990-an hingga sekarang merupakan kebangunan rohani yang sejati? Sebelum kita membahas pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita akan m

Renungan : KERANJANG ARANG & KITAB SUCI

Ada seorangg kakek yg hidup di perkebunan dgn cucu lelakinya yg msh muda. Setiap pagi sang kakek selalu bangun lbh awal utk membaca Kitab Suci, yg terletak di meja makan di dapurnya. Cucu lelakinya ingin sekali menjadi spt kakeknya dan mencoba meniru dlm cara apa pun semampunya. Hingga suatu hari sang cucu bertanya ... _"Kakek, aku mencoba membaca Kitab Suci spt yg Kakek lakukan, tetapi aku tdk pernah dpt memahaminya. Apa yg kubaca segera terlupakan secepat aku menutup buku. Apa sih kebaikan dr membaca Kitab Suci ini?"_ Dengan tenang sang kakek mengambil keranjang tempat arang, memutar sambil melubangi keranjangnya serta menjawab ... _"Bawalah keranjang ini ke sungai dan bawa kemari lagi penuh dgn air"_ Maka sang cucu melakukan spt yg diperintahkan kakek, tetapi semua air selalu habis terbuang sblm tiba di depan rumahnya. Sang kakek tertawa dan berkata ... _"Lain kali kamu hrs melakukannya dgn lbh cepat"_ Maka ia menyuruh cucunya kembali